selamat datang di blog kami

Selamat datang di blog kami

Kamis, 17 Februari 2011

BANI UMAYYAH


1. Berdirinya Dinasti Umayyah
Dinasti Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayyah. Muawiyah dapat menduduki kursi kekuasaan dengan berbagai cara, siasat, dan tipu muslihat yang licik, bukan atas dasar demokrasi yang berdasarkan atas hasil pilihan umat Islam. Dengan demikian, berdirinya dinasti ini bukan berdasarkan hukum musyawarah.
Dinasti Bani Umayyah berdiri selama ± 90 tahun (40 – 132 H / 661 – 750 M), dengan Damaskus sebagai pusat pemerintahannya. Dinasti Umayyah sangat bersifat Arab Orientalis, artinya dalam segala hal dan segala bidang para pejabatnya berasal dari keturunan Arab murni, begitu pula dengan corak peradaban yang dihasilkan pada masa dinasti ini. Pada masa pemerintahan dinasti ini banyak kemajuan, perkembangan, dan perluasan daerah yang dicapai, terlebih pada masa pemerintahan Khalifah Walid bin Abdul Malik (86 – 96 H / 705 – 715 M).
2. Kemajuan – Kemajuan yang Dicapai
A.        Bani Umayyah berhasil memperluas daerah kekuasaan Islam ke berbagaI penjuru dunia, sepert i Spanyol, Afrika Utara, Suria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebagian kecil Asia, Persia, Afghanistan, Pakistan, Rukhmenia, Uzbekistan dan Kirgis.
B.         Islam memberikan pengaruh bagi kehidupan masyarakat luas. Sikap fanatik Arab sangat efektif dalam membangun bangsa Arab yang besar sekaligus menjadi kaum muslimin atau bangsa Islam. Setelah pada saat itu bangsa Arab merupakan prototipikal dari bangsa Islam sendiri.
C.         Telah berkembang ilmu pengetahuan secara tersendiri dengan masing- masing tokoh spesialisnya. Antara lain, dalam Ilmu Qiro’at (7 qiro’at) yang terkenal yaitu Ibnu Katsir (120H), Ashim (127H), dan Ibnu Amr (118H).5 Ilmu Tafsir tokohnya ialah Ibnu Abbas (68H) dan muridnya Mujahid yangpertama kali menghimpun tafsir dalam sebuah suhuf, Ilmu Hadits dikumpulkan oleh Ibnu Syihab Az-Zuhri atas perintah Umar bin Abdul Aziz, tokohnya ialah Hasan Al-Basri (110H), Sa’id bin Musayyad, Rabi’ah Ar-Ra’iy guru dari Imam Malik, Ibnu Abi Malikah, Sya’bi Abu Amir bin Syurahbil. Kemudian Ilmu Kimia dan Kedokteran, Ilmu Sejarah, Ilmu Nahwu, dan sebagainya.
D.          Perkembangan dalam hal administrasi ketatanegaraan, seperti adanya Lembaga Peradilan (Qadha), Kitabat, Hajib, Barid dan sebagainya
E.           Pada masa Bani Umayah bidang arsitektur maju pesat. Terlihat dari bangunan-bangunan artistik serta masjid-masjid yang memenuhi kota. Kota lama pun dibangun menjadi kota modern. Mereka memadukan gaya Persia dengan nuansa Islam yang kental di setiap bangunannya. Adapun pada masa Walid dibangun sebuah masjid agung yang terkenal dengan sebutan Masjid Damaskus yang diarsiteki oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Sedangkan kota baru yang dibangun di zaman ini adalah Kota Kairawan. Didirikan oleh Uqbah bin Nafi ketika dia menjabat sebagai gubernu
F.          Seni sastra berkembang dengan pesatnya, sehingga mampu menembus kedalam jiwa manusia dan berbedudukan tinggi didalam masyarakat, sehingga syair yang muncul senantiasa menonjolkan sastranya, disamping isinya yang sangat bermutu. Para penyair tersebut diantaranya ialah Junair (653-733 M) dan Al-Farazdah (641-732M).  
Dalam seni suara, yang sangat berkembang adalah seni baca Al- Qur’an, qasidah dan seni musik lainnya.
Sementara itu perkembangan seni ukir yang paling menonjol adalah penggunaan khat Arab sebagai motivasi ukiran atau pahat, dikenal dengan istilah kaligrafi. Hal itu dapat dilihat dari banyak berkembang dikota-kota besar seperti bangunan gedung yang tinggi atau masjid-masjid. Salah satu ukiran yang tertinggal sampai kini adalah ukiran dinding istana mungil Amrah yang terletak ± 50 mil sebelah timur kota Amman (Yordania).

3. Khalifah yang Berkuasa
Khalifah  yang berkuasa pada dinasti Umayyah berjumlah 14, antara lain adalah:
1.    Muawiyah ibn Abi Sufyan (661-681 M)
Muawiyah ibn Abi Sufyan adalah pendiri Daulah Bani Umayyah dan menjabat sebagai Khalifah pertama. Ia memindahkan ibu kota dari Madinah al Munawarah ke kota Damaskus dalam wilayah Suriah. Pada masa pemerintahannya, ia melanjutkan perluasan wilayah kekuasaan Islam yang terhenti pada masa Khalifah Ustman dan Ali. Disamping itu ia juga mengatur tentara dengan cara baru dengan meniru aturan yang ditetapkan oleh tentara di Bizantium, membangun administrasi pemerintahan dan juga menetapkan aturan kiriman pos. Muawiyah meninggal Dunia dalam usia 80 tahun dan dimakamkan di Damaskus di pemakaman Bab Al-Shagier.

1.        Yazid ibn Muawiyah (681-683 M)
Lahir pada tahun 22 H/643 M. Pada tahun 679 M, Muawiyah mencalonkan anaknya, Yazid, untuk menggantikan dirinya. Yazid menjabat sebagai Khalifah dalam usia 34 tahun pada tahun 681 M. Ketika Yazid naik tahta, sejumlah tokoh di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Ia kemudian mengirim surat kepada Gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husein ibn Ali dan Abdullah ibn Zubair. Bersamaan dengan itu, Syi’ah (pengikut Ali) melakukan konsolidasi (penggabungan) kekuatan kembali. Perlawanan terhadap Bani Umayyah dimulai oleh Husein ibn Ali. Pada tahun 680 M, ia pindah dari Mekkah ke Kufah atas permintaan golongan Syi’ah yang ada di Irak. Umat Islam di daerah ini tidak mengakui Yazid. Mereka mengangkat Husein sebagai Khalifah. Dalam pertempuran yang tidak seimbang di Karbela, sebuah daerah di dekat Kufah, tentara Husein kalah dan Husein sendiri mati terbunuh. Kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedang tubuhnya dikubur di Karbala

Masa pemerintahan Yazid dikenal dengan empat hal yang sangat hitam sepanjang sejarah Islam, yaitu :
Ø    Pembunuhan Husein ibn Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad.
Ø    Pelaksanaan Al ibahat terhadap kota suci Madinah al – Munawarah.
Ø    Penggempuran terhadap baiat Allah.
Ø    Pertama kalinya memakai dan menggunakan orang-orang kebiri untuk barisan pelayan rumah tangga khalif didalam istana. Ia Meninggal pada tahun 64 H/683 M dalam usia 38 tahun dan masa pemerintahannya ialah tiga tahun dan enam bulan.

3.    Muawiyah ibn Yazid (683-684 M)
Muawiyah ibn Yazid menjabat sebagai Khalifah pada tahun 683-684 M dalam usia 23 tahun. Dia seorang yang berwatak lembut. Dalam pemerintahannya, terjadi masa krisis dan ketidakpastian, yaitu timbulnya perselisihan antar suku diantara orang-orang Arab sendiri. Ia memerintah hanya selama enam bulan.

4.    Marwan ibn Al-Hakam (684-685 M)
Sebelum menjabat sebagai penasihat Khalifah Ustman bin Affan, ia berhasil memperoleh dukungan dari sebagian orang Syiria dengan cara menyuap dan memberikan berbagai hak kepada masing-masing kepala suku. Untuk mengukuhkan jabatan Khalifah yang dipegangnya maka Marwan sengaja mengawini janda Khalifah Yazid, Ummu Khalid.
Selama masa pemerinthannya tidak meninggalkan jejak yang penting bagi perkembangan sejarah Islam. Ia wafat dalam usia 63 tahun dan masa pemerintahannya selama 9 bulan 18 hari.

5.    Abdul Malik ibn Marwan (685-705 M)
Abdul Malik ibn Marwan dilantik sebagai Khalifah setelah kematian ayahnya, pada tahun 685 M. Dibawah kekuasaan Abdul Malik, kerajaan Umayyah mencapai kekuasaan dan kemulian. Ia terpandang sebagai Khalifah yang perkasa dan negarawan yang cakap dan berhasil memulihkan kembali kesatuan Dunia Islam dari para pemberontak, sehingga pada masa pemerintahan selanjutnya, di bawah pemerintahan Walid bin Abdul Malik Daulah bani Umayyah dapat mencapai puncak kejayaannya. Ia wafat pada tahun 705 M dalam usia yang ke-60 tahun. Ia meninggalkan karyakarya terbesar didalam sejarah Islam. Masa pemerintahannya berlangsung selama 21 tahun, 8 bulan. Dalam masa pemerintahannya, ia menghadapi sengketa dengan khalif Abdullah ibn Zubair.

6.    Al-Walid ibn Abdul Malik (705-715 M)
Masa pemerintahan Walid ibn Malik adalah masa ketentraman, kemakmuran dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya tercatat suatu peristiwa besar, yaitu perluasan wilayah kekuasaan dari Afrika Utara menuju wilayah Barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. Perluasan wilayah kekuasaan Islam juga sampai ke Andalusia (Spanyol) dibawah pimpinan panglima Thariq bin Ziad. Perjuangan panglima Thariq bin Ziad mencapai kemenangan, sehingga dapat menguasai kota Kordova, Granada dan Toledo.
Selain melakukan perluasan wilayah kekuasaan Islam, Walid juga melakukan pembangunan besar-besaran selama masa pemerintahannya untuk kemakmuran rakyatnya. Khalifah Walid ibn Malik meninggalkan nama yang sangat harum dalam sejarah Daulah Bani Umayyah dan merupakan puncak kebesaran Daulah tersebut.

7.    Sulaiman ibn Abdul Malik (715-717 M)
Sulaiman Ibn Abdul Malik menjadi Khalifah pada usia 42 tahun. Masa pemerintahannya berlangsung selama 2 tahun, 8 bulan. Ia tidak memiliki kepribadian yang kuat hingga mudah dipengaruhi penasehat-penasehat disekitar dirinya. Menjelang saat terakhir pemerintahannya barulah ia memanggil Gubernur wilayah Hijaz, yaitu Umar bin Abdul Aziz, yang kemudian diangkat menjadi penasehatnya dengan memegang jabatan wazir besar.
Hasratnya untuk memperoleh nama baik dengan penaklukan ibu kota Constantinople gagal. Satu-satunya jasa yang dapat dikenangnya dari masa pemerintahannya ialah menyelesaikan dan menyiapkan pembangunan Jamiul Umawi yang terkenal megah dan agung di Damaskus.

8.    Umar Ibn Abdul Aziz (717-720 M)
Umar ibn Abdul Aziz menjabat sebagai Khalifah pada usia 37 tahun . Ia terkenal adil dan sederhana. Ia ingin mengembalikan corak pemerintahan seperti pada zaman khulafaur rasyidin. Pemerintahan Umar meninggalkan semua kemegahan Dunia yang selalu ditunjukkan oleh orang Bani Umayyah.
Ketika dinobatkan sebagai Khalifah, ia menyatakan bahwa memperbaiki dan meningkatkan negeri yang berada dalam wilayah Islam lebih baik daripada menambah perluasannya (Amin, 1987:104). Ini berarti bahwa prioritas utama adalah pembangunan dalam negeri. Meskipun masa pemerintahannya sangat singkat, ia berhasil menjalin hubuingan baik dengan Syi’ah. Ia juga membari kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Pajak diperingan. Kedudukan mawali (orang Islam yang bukan dari Arab) disejajarkan dengan Muslim Arab. Pemerintahannya membuka suatu pertanda yang membahagiakan bagi rakyat. Ketakwaan dan keshalehannya patut menjadi teladan. Ia selalu berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Ia meninggal pada tahun 720 M dalam usia 39 tahun, dimakamkan di Deir Simon.

9.    Yazid ibn Abdul Malik (720-724 M)
Yazid ibn Abdul Malik adalah seorang penguasa yang sangat gandrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyat. Masyarakat yang sebelumnya hidup dalam ketentraman dan kedamaian, pada zamannya berubah menjadi kacau. Dengan latar belakang dan kepentingan etnis politis, masyarakat menyatakan konfrontasi terhadap pemerintahan Yazid. Pemerintahan Yazid yang singkat itu hanya mempercepat proses kehancuran Imperium Umayyah. Pada waktu pemerintahan inilah propaganda bagi keturunan Bani Abas mulai dilancarkan secara aktif. Dia wafat pada usia 40 tahun. Masa pemerintahannya berlangsung selama 4 tahun, 1 bulan.
10.  Hisyam ibn Abdul Malik (724-743 M)
Hisyam ibn Abdul Malik menjabat sebagai Khalifah pada usia yang ke 35 tahun. Ia terkenal negarawan yang cakap dan ahli strategi militer. Pada masa pemerintahannya muncul satu kekuatan baru yang menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan ini berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan mawali dan merupakan ancaman yang sangat serius. Dalam perkembangan selanjutnya, kekuatan baru ini mampu menggulingkan Dinasti Umayyah dan menggantikannya dengan Dinasti baru, Bani Abbas. Pemerintahan Hisyam yang lunak dan jujur menyumbangkan jasa yang banyak untuk pemulihan keamanan dan kemakmuran, tetapi semua kebajikannya tidak bisa membayar kesalahan-kesalahan para pendahulunya, karena gerakan oposisi terlalu kuat, sehingga Khalifah tidak mampu mematahkannya.
Meskipun demikian, pada masa pemerintahan Khalifah Hisyam kebudayaan dan kesusastraan Arab serta lalu lintas dagang mengalami kemajuan. Dua tahun sesudah penaklukan pulau Sisily pada tahun 743 M, ia wafat dalam usia 55 tahun. Masa pemerintahannya berlangsung selama 19 tahun, 9 bulan. Sepeninggal Hisyam, Khalifah- Khalifah yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin mempercepat runtuhnya Daulah Bani Ummayyah.

11. Walid ibn Yazid (743-744 M)
Daulah Umayyah mengalami kemunduran dimasa pemerintahan Walid ibn Yazid. Ia berkelakuan buruk dan suka melanggar norma agama. Kalangan keluarga sendiri benci padanya. Dan ia mati terbunuh.
Meskipun demikian, kebijakan yang paling utama yang dilakukan oleh -Walid ibn Yazid ialah melipatkan jumlah bantuan sosial bagi pemeliharaan orang-orang buta dan orang-orang lanjut usia yang tidak mempunyai famili untuk merawatnya. Ia menetapkan anggaran khusus untuk pembiayaan tersebut dan menyediakan perawat untuk masingmasing orang. Dia sempat meloloskan diri dari penangkapan besar-besaran di Damaskus yang dilakukan oleh keponakannya. Masa pemerintahannya berlangsung selama 1 tahun, 2 bulan. Dia wafat dalam usia 40 tahun.

12.  Yazid ibn Walid (Yazid III) (744 M)
Pemerintahan Yazid ibn Walid tidak mendapat dukungan dari rakyat, karena perbuatannya yang suka mengurangi anggaran belanja negara. Masa pemerintahannya penuh dengan kemelut dan pemberontakan. Masa pemerintahannya berlangsung selama16 bulan. Dia wafat dalam usia 46 tahun.



13.   Ibrahim ibn Malik (744 M)
Diangkatnya Ibrahim menjadi Khalifah tidak memperoleh suara bulat didalam lingkungan keluarga Bani Umayyah dan rakyatnya. Karena itu, keadaan negara semakin kacau dengan munculnya beberapa pemberontak. Ia menggerakkan pasukan besar berkekuatan 80.000 orang dari Arnenia menuju Syiria. Ia dengan suka rela mengundurkan dirinya dari jabatan khilafah dan mengangkat baiat terhadap Marwan ibn Muhammad. Dia memerintah selama 3 bulan dan wafat pada tahun 132 H.

14.   Marwan ibn Muhammad (745-750 M)
Beliau seorang ahli negara yang bijaksana dan seorang pahlawan. Beberapa pemberontak dapat ditumpas, tetapi dia tidak mampu mengahadapi gerakan Bani Abbasiyah yang telah kuat pendudkungnya. Marwan ibn Muhammad melarikan diri ke Hurah, terus ke Damaskus. Namun Abdullah bin Ali yang ditugaskan membunuh Marwan oleh Abbas As-Syaffah selalu mengejarnya. Akhirnya sampailah Marwan di Mesir. Di Bushair, daerah al Fayyun Mesir, dia mati terbunuh oleh Shalih bin Ali, orang yang menerima penyerahan tugas dari Abdullah. Marwan terbunuh pada tanggal 27 Dzulhijjah 132 H\5 Agustus 750 M. Dengan demikian tamatlah kedaulatan Bani Umayyah, dan sebagai tindak lanjutnya dipegang oleh Bani Abbasiyah.
4. Kemunduran dan Kehancuran Bani Umayyah
Kemunduran Bani Umayyah diakibatkan oleh beberapa faktor, antara lain:
  •     Pertentangan antara suku-suku Arab yang sejak lama terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Arab   Utara yang disebut Mudariyah yang menempati Irak dan Arab Selatan (Himyariyah) yang berdiam di wilayah Suriah. Di zaman Dinasti Bani Umayyah persaingan antar etnis itu mencapai puncaknya, karena para Khalifah cenderung kepada satu pihak dan menafikan yang lainnya.
  •     Ketidakpuasan sejumlah pemeluk Islam non Arab. Mereka adalah pendatang baru dari kalangan bangsa-bangsa taklukkan yang mendapatkan sebutan mawali. Status tersebut menggambarkan infeoritas di tengah-tengah keangkuhan orang-orang Arab yang mendapatkan fasilitas dari penguasa Umayyah. Padahal mereka bersama-sama Muslim Arab mengalami beratnya peperangan dan bahkan beberapa orang di antara mereka mencapai tingkatan yang jauh di atas rata-rata bangsa Arab. Tetapi harapan mereka untuk mendapatkan kedudukan dan hak-hak bernegara tidak dikabulkan. Seperti tunjangan tahunan yang diberikan kepada mawali itu jumlahnya jauh lebih kecil dibanding tunjangan yang dibayarkan kepada orang Arab.
  •     Sistem pergantian Khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatru yang baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannnya tidak jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian Khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat dikalangan anggota keluarga Istana.
  •     Kerajaan Islam pada zaman kekuasaan Bani Umayyah telah demikian luas wilayahnya, sehingga sukar mengendalikan dan mengurus administrasi dengan baik, tambah lagi dengan sedikitnya jumlah penguasa yang berwibawa untuk dapat menguasai sepenuhnya wilayah yang luas itu.
  •     Kehidupan yang serba mewah, membuat anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala diwarisi kekuasaan.

Sedangkan kemunduran atau bahkan kehancuran peradaban Islam pada masa Bani Umayyah ini oleh karena 2 sebab, yaitu :
  •    Hancurnya kekuasaan Islam di Andalusia dan rendahnya semangat para ahli dalam menggali budaya Islam. Kehancuran kekuasaan Islam di Andalusia pada 1492 M berdampak buruk terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Para ahli tidak banyak memiliki motivasi untuk mengkaji ilmu pengetahuan lagi. Karena mereka sudah merasa putus asa skibat serangan yang dilakukan oleh para penguasa Kristen, dan tindakan para penguasa tersebut terhadap peninggalan peradaban Islam di Andalusia, seperti penghancuran pusat-pusat peradaban Islam dan sebagainya.
Terlebih lagi banyak para ahli ilmu pengetahuan Islam banyak yang tewas dibantai oleh tentara Kristen di Spanyol, sehingga peristiwa itu sangat membekas dalam benak mereka. Akibatnya, banyak di antara para ilmuwan Islam yang punya andil besar dalam pembentukan peradaban Islam di Andalusia, melarikan diri ke wilayah Afrika Utara. Dalam situasi ini, Barat Kristen terus berusaha membangun kepercayaan diri untuk mengembangkan peradaban Eropa, sehingga bangsa Barat mencapai kejayaannya.
  •     Banyaknya orang Eropa yang menguasai ilmu pengetahuan dari Islam
Di lembaga-lembaga pendidikan tinggi, tidak hanya orang-orang Islam yang diberikan kesempatan mempelajari ilmu pengetahuan, tetapi juga kesempatan itu diberikan kepada semua orang, termasuklah orang-orang Kristen Barat yang tertarik untuk mempelajari ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh umat Islam.
Ketertarikan karena metode ilmiah Islam, seorang pendeta Kristen Roma anggota Ordo Fransiskan dari Inggris bernama Roger Bacon (1214 – 1292 M) datang belajar bahasa Arab di Paris antara tahun 1240 – 1268 M. Melalui kemampuan bahasa Arab dan bahasa Latinnya itu, ia dapat membaca naskah asli dan terjemahan berbagai ilmu pengetahuan, terutama ilmu pasti. Buku-buku asli dan terjemahan dibawanya ke Inggris pada Universitas Oxford, lalu diterjemahkannya dengan menghilangkan nama pengarang aslinya, yang kemudian dikatakannya sebagai hasil karyanya sendiri. Sejak saat itulah mulai banyak bermunculan orang Eropa yang menterjemahkan buku-buku yang dikarang oleh tokoh-tokoh Islam sebagai hasil karyanya sendiri.
 
Kesimpulan
Daulah bani Umayyah  didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan. Khalifah yang memimpin Daulah ini ada 14 orang. Selain itu, masing-masing khalifah ada yang membuat kemajuan dan ada juga yang menyebabkan kemunduran Daulah Umayyah. Salah satu kemajuan yang di capai oleh daulah ini adalah berhasilnya menetukan bahasa Aarb sebagai bahasa resmi dan mendirikan mesjid agung di Damaskus.
Salah satu penyebab kehancuran dan runtuhnya daulah ini adalah . Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan.
Saran
Selayaknya kita memetik pelajaran bahwa, setiap kekuasaan akan mengalami masa kejayaan dan kehancuran, dan alangkah jayanya suatu kekuasaan / peradaban kalau ia dapat mengambil pelajaran untuk mencapai kejayaan berikutnya. Selain itu, seorang pemimpin ( khalifah ) haruslah orang yang benar-benar kuat, pemberani, tegas dan tangguh serta cakap dalam memimpin pemerintahan. Karma apabila dipimpin oleh orang yang lemah maka pemerintahannya tidak akan berlangsung lama.



SUMBER :

Tim Bina Kompetensi.Sejarah Kebudayaan Islam kelas VIII.Madiun: Anugerah Agung.

http://saifuluny.blogspot.com/2010/03/masa-pemerintahan-dinasti-umayyah.html

http://www.scribd.com/doc/22114141/Sejarah-Peradaban-Dan-Pemikiran-Bani-Umayyah-i

http://www.scribd.com/doc/22677510/Sejarah-Peradaban-Islam-Bani-Umayyah-Dan-Abbasiyah

http://spistai.blogspot.com/2009/03/sejarah-islam-masa-bani-umayyah.html

http://www.smknperkapalan.net/pustakamaya/normatif/agama/perkembangan%20Islam%20masa%20Bani%20Umayyah.pdf

http://blog.uin-malang.ac.id/toyib/2010/10/10/islam-masa-umayyah/

http://abrahamzakky.blogspot.com/2009/02/perkembangan-islam-pada-masa-bani_10.html



Rabu, 16 Februari 2011

Norma Sosial


          Pengertian Norma Sosial
             
Norma berasal dari bahasa latin yang berarti kaidah atau ukuran-ukuran. Sedangkan sosial adalah pergaulan hidup manusia atau disebut sebagai masyarakat. Jadi norma sosial adalah patokan perilaku dalam kelompok masyarakat tertentu, yang disebut juga peraturan sosial yang menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya. Norma sosial juga berarti petunjuk hidup yang berisi perintah maupun larangan yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama dan bermaksud untuk mengatur setiap perilaku manusia dalam masyarakat guna mencapai kedamaian.
Alvin L. Bertrand mendifinisikan norma sebagai standar-standar tingkah laku yang terdapat didalam semua masyarakat. Ia mengatakan bahwa norma sebagai bagian dari kebudayaan non-materi, norma-norma tersebut menyatakan konsepsi-konsepsi teridelisasi dari tingkah laku.

            Ciri-Ciri Norma Sosial
  Umumnya tidak tertulis (lisan)
Ø  Hasil dari kesepakatan masyarakat
Ø  Warga masyarakat sebagai pendukung sangat mentaatinya
Ø  Apabila norma dilanggar, maka ia harus menghadapinya
Ø  Norma sosial kadang-kadang bisa menyesuaikan perubahan sosial sehingga norma sosial bisa mengalami perubahan.

            Macam-macam Norma Sosial
Didalam membedakan kekuatan norma sosial, maka secara sosiologis dikenal ada empat bagian norma-norma sosial, yaitu :
Ø  Cara Berbuat (Usage)
Ø  Kebiasaan atau perbuatan yang berulang-ulang (folkways).
Kebiasaan merupakan suatu bentuk perbuatan berulang-ulang dengan bentuk yang sama yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan-tujuan jelas dan dianggap baik serta benar.
Ø  Tata kelakuan (Mores)
Tata kelakuan adalah sekumpulan perbuatan yang mencerminkan sifat-sifat hidup dari sekelompok manusia yang dilakukan secara sadar guna melaksanakan pengawasan oleh sekelompok masyarakat terhadap anggota-anggotanya.
Ø  Adat Istiadat (Costom)
Adat istiadat adalah kumpulan tata kelakuan yang paling tinggi kedudukannya karena bersifat kekal dan terintegrasi sangat kuat terhadap masyarakat yang memilikinya.
Sedangkan Macam-macam Norma Sosial menurut Sidi Gazalba ada empat macam, yaitu :
a. Norma Agama
Norma agama adalah kaedah yang ditentukan oleh agama, dipatuhi oleh penganut agama tersebut, sehingga merupakan peraturan yang datangnya dari Tuhan.
b.Norma Adat Sopan Santun
Norma Adat Sopan Santun adalah (perbuatan yang dipandang pantas) dan yang seharusnya ditinggalkan, yang tumbuh dengan pergaulan hidup.
c. Norma Hukum
Norma hukum adalah peraturan-peraturan yang timbul dan dibuat oleh lembaga kekuasaan Negara.
d.      Norma Kesusilaan
Yaitu suara batin yang membisikkan perbuatan yang baik, mana yang seharusnya dijalankan dan dimana perbuatan yang buruk seharusnya ditinggalkan.
Menurut Van Apeldoom bahwa kesusilaan menyangkut manusia sebagai perseorangan, yaitu kesusilaan memberikan peraturan untuk seseorang dan menuntut agar manusia itu sempurna. Dengan perkataan lain kesusilaan itu mengajarkan bagaimana manusia itu seharusnya dapat memenuhi tujuannya. Sedangkan tujuan kesusilaan ialah penyempurnaan seseorang walaupun hal tersebut menimbulkan akibat untuk hidup bersama, karena perbaikan manusia tentunya turut membantu terciptanya tata tertib masyarakat yang lebih baik.

Selasa, 15 Februari 2011

kebudayaan


DEFINISI KEBUDAYAAN
Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan dapat diartikan dengan hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Kebudayaan juga sama artinya dengan culture,  yaitu berasal dari kata latin colere  yang berarti segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Kebudayaan menurut beberapa ahli:
1.      Herskovits dan maliki memberikan definisi kebudayaan sebagai suatu yang super organik. Karena kebudayaan yang turun temurun dari generasi ke generesi tetap hidup terus atau berkesinambungan meskipun orang – orang yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan karena irama kematian dan kelahiran.
2.      E.B Taylor melihat kebudayaan sebagai kom pleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hokum adat istiadat dan kemampuan – kemampuan serta kebiasaan – kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai warga masyarakat.
3.      Roucek dan Warren mendefinisikan kebudayaan sebagai satu cara hidup yang dikembangkan oleh sebuah masyarakat guna memenuhi keperluan dasarnya untuk dapat berthan hidup, meneruskan keturunan dan mengatur pengalaman sosialnya.
4.      Hassan shadily, kebudayaan berarti keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesame manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral hokum , adat kebiasaan dan lain-lain.
5.      C. Kluckhohn mengemukakan batasan bahwa kebudayaan itu adalah seluruh cara hidup suatu masyarakat.
6.      Selo Soemarjadjan dan Soelaiman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.
Ø    Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (kebudayaan material) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan pada keperluan masyarakat.
Ø    Rasa yang meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai kemasyarakatan yang perlu untuk mengatur masalah – masalah kemasyarakatan dalam arti yang luas.
Ø    Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir dari orang-orang yang hidup dalam masyarakat yang kemudian menghasilkan ilmu pengetahuan.
Secara sosiologis tiap manusia bdalam hidupnya senantiasa memiliki kebudayaan. Artinya, konsep tentang kebudayaan hanya ada pada kelompok – kelompok pergaulan hiduop individu dalam masyarakat.

Sumber:
Abdulsyani. 1994.sosiologi skematika, teori dan terapan. Jakarta:  Bumi aksara

Senin, 14 Februari 2011

unsur kebudayaan

UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Koentjaraningrat menyimulkan ada tujuh unsur-unsur kebudayaan yaitu:
1.Bahasa
Merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens. Bahasa manusia pada mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda (kode) yang kemudian disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan, dan akhirnya menjadi bentuk bahasa tulisan.
2.Sistem pengetahuan
Merupakan produk manusia sebagai homo sapiens. Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri, disamping itu didapat juga dari orang lain. Kemampuan manusia mengingat-ingat apa yang telah diketahui kemudian menyampaikannya kepada orang lain melalui bahasa, menyebabkan pengetahuan menyebar luas
3.Organisasi sosial
Merupakan produk dari manusia sebagai homo socius. Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah, namun memiliki akal, maka disusunlah organisasi kemasyarakatan dimana manusia bekerja sama untuk meninggalkan kesejahteraan hidupnya.
4.Sistem peralatan hidup dan teknologi
Merupakan produk dari manusia sebagai homo faber. Bersumber dari pemikiran yang cerdas dan dibantu dengan tantangan yang dapat memegang sesuatu dengan erat, manusia dapat membuat dan mempergunakan alat. Dengan alat-alat ciptaanya itulah manusia dapat lebih mampu mencukupi kebutuhannya daripada binatang.
5.Sistem mata pencaharian hidup
Merupakan produk manusia sebagai homo enconomicus menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum terus meningkat.
6.Sistem religi
Merupakan produk manusia sebagai homo religious. Manusia yang memiliki kecerdasan pikirna dan perasaan luhur, tanggap bahwa di atas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang maha besar. Karena itu manusia takut, sehingga menyembahnyadan lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi agama.
7.Kesenian
Merupakan hasil dari manusia sebagai homo aesteticus. Setelah manusia dapat mencukupi kebutuhan fisiknya, maka dibutuhkan kebutuhan psikisnya untuk dipuaskan. Manusia bukan lagi semata-mata memenuhi kebutuhan isi perut saja, mereka juga perlu pandangan mata yang indah, suara yang merdu, yang semunyta dapat dipenuhi melalui kesenian.

Rabu, 09 Februari 2011

kesenian wayang beber di Pacitan


1.    Sejarah Wayang Beber
Sejarah kelahiran wayang tidak bisa dilepaskan dari keberadaan kerajaan Majapahit. Wayang jenis ini dikenal pertama kali pada masa Majapahit, tepatnya saat kerajaan Bumi Trowulan  dipimpin Raden Jaka Susuruh. Raja ini  bergelar Prabu Bratana. Hal ini ditunjukkan dengan candrasengkala pembuatan wayang beber pada masa itu, yakni gunaning bhujangga sembahing dewa, yang menunjukkan tahun Saka 1283 (1361 M).
Saat itu wayang beber masih mengambil cerita wayang purwa. Bentuk wayang beber purwa sudah seperti yang ditemukan sekarang, yakni dilukis di atas kertas. Ketika dipergelarkan, kertas berlukiskan wayang tersebut digelar (Jawa: dibeber), dan bila sudah selesai digulung kembali untuk disimpan.
Pada zaman Majapahit, pergelaran wayang beber purwa di lingkungan istana sudah mengguakan iringan gamelan. Sementara pertunjukan di luar istana, tepatnya di lingkungan masyarakat biasa, hanya diiringi rebab (alat musik gesek khas Jawa). Di lingkungan keraton, pertunjukan wayang beber diadakan dalam rangka acara-acara khusus, seperti ulang tahun raja, perkawinan putra-putri raja dan sebagainya. Sementara di tengah-tengah rakyat kebanyakan, pergelaran wayang beber pada masa itu diadakan untuk kepentingan ritual, seperti ruwatan.
Saat Majapahit diperintah Prabu Brawijaya, tepatnya tahun 1378, bentuk wayang beber mengalami penyempurnaan. Brawijaya termasuk raja yang memiliki perhatian besar terhadap wayang beber. Ia memerintahkan kepada salah satu anaknya yang memiliki kepandaian melukis, yakni Raden Sungging Prabangkara, untuk menyempurnakan penampilan wayang beber. Lukisan wayang yang semula hanya hitam putih, oleh Sungging Prabangkara dibuat menjadi berwarna, sehingga penampilan wayang beber menjdi lebih hidup dan menarik. Proses penyempurnaan wayang beber ini terjadi tahun 1378 Masehi.
Wayang beber yang mengambil cerita Panji diperkirakan baru muncul pada zaman Mataram Islam(Islam), tepatnya pada masa pemerintahan Kasunanan Kartasura. Kala itu raja yang memerintah adalah Amankurat II (1677-1703). Hal itu juga disebutkan dalam salah satu tembang Kinanthi yang ada di Serat Centhini.
Wayang beber di zaman Mataram Kartasura di buat dari kertas lokal, yakni kertas Jawa dari Ponorogo. Cerita yang ditampilkan antara lain Jaka Kembang Kuning, salah satu episode cerita Panji. Kemudian pada masa pemerintahan Amangkurat III atau Sunan Mas, dilakukan penyempurnaan lagi terhadap lukisan wayang beber. Wajah dan pakaian yang dikenakan tokoh-tokoh utama, seperti Panji Asmarabangun dan Dewi Candrakirana, disesuaikan dengan penampilan Arjuna dan tokoh perempuan yang cantik sebagai tokoh-tokoh wayang purwa.
Selanjutnya pada era pemerintahan Sunan Paku Buwono II lukisan wayang beber di ubah lagi, terutama pada ilustrasi yang melatarbelakangi penampilan tokoh. Ilustrasi yang ada dikurangi dan disederhanakan, sehingga penampilan wayang beber menjadi lebih  klasik dan tidak rumit. Sosok tokoh menjadi kelihatan menonjol. Kisah cinta Panji Asmarabangun, oleh Paku Buwono II dibuat menjadi lakon Remeng Mangunjaya.
Pada masa Islam ini, para Wali di antaranya adalah Sunan Kalijaga wayang beber ini dimodifikasi bentuk menjadi Wayang Kulit dengan bentuk bentuk yang bersifat ornamentik yang dikenal sekarang, karena ajaran Islam mengharamkan bentuk gambar makhluk hidup (manusia, hewan) maupun patung serta diberi tokoh tokoh tambahan yang tidak ada pada wayang babon (wayang dengan tokoh asli India) diantaranya adalah Semar dan anak-anaknya serta Pusaka Hyang Kalimusada. Wayang hasil modifikasi para wali inilah yang digunakan untuk menyebarkan ajaran Islam dan yang kita kenal sekarang. Perlu diketahui juga bahwa Wayang Beber pertama dan masih asli sampai sekarang masih bisa dilihat. Wayang Beber yang asli ini bisa dilihat di Daerah Pacitan, Donorojo, wayang ini dipegang oleh seseorang yang secara turun-temurun dipercaya memeliharanya dan tidak akan dipegang oleh orang dari keturunan yang berbeda karena mereka percaya bahwa itu sebuah amanat luhur yang harus dipelihara.

2.    Dalang dan Pemilik Wayang Beber di Pacitan
Pemilik wayang beber di Pacitan adalah Bapak Sumardi atau yang dikenal dengan nama Mbah Mardi. Kini Mbah Mardi merupakan satu-satunya dalang Wayang Beber di Pacitan yang juga memiliki Wayang Beber warisan leluhurnya. Menurut penuturannya, Wayang Beber yang dimilikinya merupakan warisan leluhur, yang secara turun-temurun merupakan hadiah yang diberikan oleh Raja Brawijaya.
 Pada suatu hari Permaisuri Raja   Brawijaya menderita suatu penyakit, dan kemudian Raja Brawijaya mengadakan  sayembara untuk menyembuhkan penyakit permaisuri. Dan yang berhasil  menyembuhkan penyakit permaisuri adalah seorang dukun (tabib) yang bernama Mbah Nolodermo (yang merupakan leluhur dari Mbah Mardi). Sebagai ungkapan terimakasih, Raja Brawijaya memberikan hadiah berupa jabatan lurah Kediri, namun hadiah jabatanitu ditolak oleh Mbah Nolodermo, karena Mbah Nolodermo tidak bisa membaca ataupun menulis.
Kemudian Raja Brawijaya menawarkan hadiah berupa uang. Hadiah uang itu juga ditolak oleh Mbah Nolodermo dengan alasan bahwa jika diberi uang maka hadiah itu akan cepat habis. Maka Raja Brawijaya memberikan hadiah berupa Wayang Beber bagi Mbah Nolodermo dengan harapan bahwa Wayang Beber tersebut dapat menjadi sumber penghasilan secara turun-temurun.
Dalang sekaligus pemilik Wayang Beber yang sekarang dikenal dengan nama Mbah Mardi tersebut menjadi dalang sejak tahun 1982, dan masih aktif hingga kini. Namun, justru lebih banyak daerah luar kota Pacitan yang masih menggelar Wayang Beber ini. Wayang Beber cukup populer di mancanegara, misalnya di Jepang, Belanda, Perancis, bahkan di Perancis terdapat duplikat Wayang Beber ini. Seorang ilmuwan Perancis juga pernah meneliti bahan yang dipakai untuk mewarnai gulungan kertas Wayang Beber, yang ternyata berasal dari getah-getahan.

Silsilah pemilik sekaligus dalang dari Wayang Beber ialah:
1.  Nolodermo
2.  Nalongso
3.  Citrowongso
4.  Gondoyuto
5.  Singononggo
6.  Trunodongso
7.  Gondoleksono
8.  Poleksono
9.  Dipoleksono
10. Poleksono
11. Posetiko
12. Gunocarito / Sarnen
13. Sumardi

Pagelaran Wayang Beber tidak membutuhkan banyak peralatan khusus, alat-alat musik yang digunakan merupakan alat-alat musik yang cukup sederhana, tidak seperti pagelaran wayang lain. Namun dengan alat-alat musik yang sederhana ini, suasana mistik dan sakral dapat dirasakan cukup kuat, terutama alunan rebab.
Tempat untuk menancapkan tongkat penggulung gulungan Wayang Beber menjadi satu dengan tempat menyimpan gulungan Wayang Beber tersebut. Bentuk tempat penyimpanan gulungan Wayang Beber tersebut juga cukup unik dan berkesan sederhana namun sakral. Karena merupakan warisan turun-temurun, bahan membuat gulungan Wayang Beber sampai saat ini tidak diketahui oleh dalang sekaligus pemiliknya yaitu Mbah Mardi. Namun duplikat dari gulungan Wayang Beber ini kertasnya menggunakan kertas merang yang kemudian diolah lagi sehingga permukaannya dapat digambar dan diwarnai dengan baik.
3.   Pementasan Wayang Beber
Wayang Beber hanya dipentaskan untuk upacara ruwatan atau nadar saja. Wayang ini berbentuk lukisan di atas kertas, dengan roman seperti wayang kulit purwa hanya kedua matanya nampak. Sikap wayang bermacam-macam, ada yang duduk bersila, sedang berjalan, sedang berperang dan sebagainya.
Sebelum melakukan pagelaran Wayang Beber, harus dilakukan semacam ritual untuk menghormati leluhur. Ritual itu berupa pembakaran dupa dengan adanya persembahan atau sesajen. Ritual pembakaran dupa tersebut sambil diringi oleh doa yang dilakukan oleh dalang, baru kemudian Wayang Beber dapat  dimainkan dengan cara dibuka satu pesatu atau digelar/dibeber.

Satu gulungan berisi 4 adegan, sehingga ketika adegan pertama diperlihatkan maka adegan ketiga sampai keempat masih dalam posisi tergulung. Kemudian jika berpindah dari gulungan satu kegulungan selanjutnya, maka pasak di sebelah kanan dalang dilepas terlebih dahulu, kemudian pasak gulungan yang baru dipasang, selanjutnya membuka gulungan baru sambil menutup gulungan sebelumnya, dan terakhir memasang pasak pada tempat penyimpanan Wayang Beber tersebut.
Dalang menceritakan cerita yang terlukis di gulungan Wayang Beber tersebut dengan menggunakan Bahasa Jawa dengan posisi membelakangi Wayang Beber, atau menghadap penonton. Dan untuk menutup pagelaran Wayang Beber ini, dalang mematikan dupa sambil membaca doa.
Dilihat dari bentuk pertunjukannya, wayang beber termasuk pentas seni tradisional sederhana yang hanya terdapat beberapa unsur yang menjadi pendukungnya, yakni:
  •   Seperangkat wayang yang terdiri dari enam gulungan dan masing-masing gulungan terdiri dari empat adegan.
  •   Seperangkat gamelan yang terdiri dari gong, kenong laras slendro, kendang, dan rebab.
  •   Niyaga, terdiri dari empat orang.
  •   Lakon atau cerita wayang beber yang hanya memiliki satu siklus cerita saja.

Urutan pertunjukkan :
  •     Dalang membakar kemenyan, kemudian membuka kotak dan mengambil tiap gulungan menurut kronologi cerita.
  •     Dalang membeberkan gulungan gulungannya pertama dan seterusnya, dengan membelakangi penonton.
  •     Dalang mulai menuturkan janturan (narasi).
  •     Setelah janturan, mulailah suluk (Lagu penggambaran) yang amat berbeda dengan umumnya suluk wayang purwa.
  •     Setelah suluk, dimulailah pocapan berdasarkan gambar wayang yang tengah dibeberkan. Begitu pula seterusnya sampai seluruh gulungan habis dibeberkan dan dikisahkan.
Seluruh pertunjukkan diiringi dengan seperangkat gamelan Slendro yang terdiri dari rebab, kendang batangan, ketuk berlaras dua, kenong, gong besar, gong susukan, kempul. Penabuhnya cukup 4 orang saja yakni sebagai penggesek rebab, petigendang, penabuh ketuk kenong, dan penabuh kempul serta gong. Patet yang digunakan hanya patet nem dan patet sanga.
Lama pementasan hanya sekitar satu setengah jam saja, dapat dilakukan siang hari ataupun malam hari.
Setiap pagelaran wayang beber harus ada sesaji yang terdiri dari kembang boreh, ketan yang ditumbuk halus, tumpeng dan panggang ayam, ayam hidup, jajan pasar (kue-kue) dan pembakaran kemenyan. Untuk upacara ruatan atau bersih desa perlu ada tambahan sesaji berupa sebuah kuali baru, kendi baru dan kain putih baru.

4.    Fungsi dan Makna Pertunjukan Wayang Beber
Fungsi pertunjukan Wayang Beber meliputi fungsi ritual, fungsi sosial, serta fungsi budaya. Dari ketiga fungsi ini yang paling dominan di masyarakat adalah fungsi ritulnya, dikarenakan keyakinan bahwa Wayang Beber memiliki kekuatan magis yang dapat membantu tercapainya cita-cita seseorang.
Pertunjukan Wayang Beber Pacitan, juga memiliki makna bagi masyarakat yang masih mempercayai kukuatan magis. Fungsi dan makna sosial budaya, Wayang Beber adalah sebagai salah satu kontrol sosial, moral, pendidikan serta sebagai panutan, yang memiliki arti yang penting bagi masyarakat di sekitarnya. Tidak kalah penting adalah makna ritual, sebab masyarakat masih mempercayai hal-hal yang magis. Pertunjunkan Wayang Beber memang sangat erat hubungnya dengan masalah-masalah ritual dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang masih memegang teguh kepercayaan animisme dan dinamisme.




  Kesimpulan
Wayang Beber adalah seni wayang yang muncul dan berkembang di Jawa pada masa pra Islam dan masih berkembang di daerah daerah tertentu di Pulau Jawa. Dinamakan wayang beber karena berupa lembaran lembaran (beberan) yang dibentuk menjadi tokoh tokoh dalam cerita wayang baik Mahabharata maupun Ramayana.
Konon oleh para Wali di antaranya adalah Sunan Kalijaga wayang beber ini dimodifikasi bentuk menjadi Wayang Kulit dengan bentuk bentuk yang bersifat ornamentik yang dikenal sekarang, karena ajaran Islam mengharamkan bentuk gambar makhluk hidup (manusia, hewan) maupun patung serta diberi tokoh tokoh tambahan yang tidak ada pada wayang babon (wayang dengan tokoh asli India) diantaranya adalah Semar dan anak-anaknya serta Pusaka Hyang Kalimusada. Wayang hasil modifikasi para wali inilah yang digunakan untuk menyebarkan ajaran Islam dan yang kita kenal sekarang. Perlu diketahui juga bahwa Wayang Beber pertama dan masih asli sampai sekarang masih bisa dilihat. Wayang Beber yang asli ini bisa dilihat di Daerah Pacitan, Donorojo, wayang ini dipegang oleh seseorang yang secara turun-temurun dipercaya memeliharanya dan tidak akan dipegang oleh orang dari keturunan yang berbeda karena mereka percaya bahwa itu sebuah amanat luhur yang harus dipelihara.



sumber :
http://yoga-blognyacahbagoes.blogspot.com/

http://digilib.umm.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptummpp-gdl-s1-2008-luqmanharo-14032&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985

http://www.sastra-indonesia.com/2010/06/wayang-beber-hanya-ada-di-daerah-pegunungan/

http://wayang.wordpress.com/2006/10/27/wayang-beber-pacitan/

http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:aCap7uT6fm4J:digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/jdkv/2005/jiunkpe-ns-s1-2005-42401054-7647-wayang_beber-chapter1.pdf

http://wayangbeber.blogspot.com/2006/11/asal-usul-wayang.html


http://triatmojo.wordpress.com/category/sejarah/


http://skripsi.umm.ac.id/files/disk1/281/jiptummpp-gdl-s1-2008-luqmanharo-14032-Pendahul-n.pdf

http://fs.uns.ac.id/artikel/5e6c4454166dd9313d708c2931850ddb.doc